Sunday, September 8, 2013

MANDAILING TRADITIONAL WEDDING

Assalamu'alaikum.....

Akhirnya saya punya waktu untuk update blog lagi setelah berkutat dengan assignment dan project dari kampus, sampai akhirnya final exam berakhir. Lega rasanya, walaupun di ujian terakhir soal yang diberikan aduhai membuat saya dan teman 1 kelas stress, emosi dan ngomel-ngomel mulai dari ruang kelas, lift, parkiran sampai group chat lINE. Tapi bagaimana pun hasilnya, kita udah berusaha semaksimal mungkin.

Mau cerita tentang adik bontot nikah dulu ya, acaranya dari bulan Juni kemarin, udah basi ya? Nggak lah ya. hahaa...dibaca aja lah, kan udah kangen sama diriku kan? hehee...

Tepatnya 15 Juni 2013 kemarin adik kami paling kecil dipersunting oleh seorang pria *halah...
Saya dan suami jauh-jauh hari sudah booking tiket, Untungnya final exam term 1 sudah selesai. Kita punya rencana tapi Allah yang menentukan semuanya, suami ternyata gak bisa ikut pulang ke Medan karena harus mengikuti diklat selama 10 hari. *untuk cerita ini nanti saya posting tersendiri.

Kami (saya, naya, mertua, kakak & abang ipar) berangkat tgl 13 Juni. Sebenarnya kakak ipar gak ikut, berhubung suami jadi gak bisa ikut, sebagai perwakilan akhirnya kakak ipar ikut juga.
Sambil nunggu boarding, naya maen-maen dulu di playland nya terminal 3. Kenapa cuma ada di terminal 3 sih? *protess..
Dan anak ini udah dapat kursi sendiri. Alhamdulillah nya anteng selama di pesawat dan mau duduk sendiri di kursi nya dan mau juga seat belt nya di pake. 


Nginep 1 malam dulu di Medan karena nyampek medan jam 1 malem. Besoknya langsung cabcus ke Siantar di temani kakak ipar. Mertua dan abang ipar menyusul di hari H nya.
Prosesi acara nya menggunakan adat Mandailing karena keluarga besar saya NASUTION dari penyabungan dan calon mempelai pria bermarga SIREGAR dari Sipirok. Tau kan? hehee...kalau nggak tau google ajah.

Alhamdulillah acaranya lancar dan adik ipar sangat lantang mengucapkan ijab qabul. Sama seperti suamiku dulu waktu mengucapkan ijab qabul, hehee...

Cuma saya yg photonya gak ada pasangan, hiks...

Yang bikin sedih diacara pernikahan Adat Mandailing itu *kl menurut emak naya ini* adalah pas upah-upah dan pelepasan anak perempuannya untuk dibawa ke rumah suaminya, mak...itu waktu saya dulu nangis gak berenti-berenti, sampe bulu mata palsu hampir lepas.

Kenapa paling sedih? karena sebelum di upah-upah, mulai dari orang tua ompung dan keluarga - keluarga dekat memberi nasehat. Yang paling sedih pas ayah dan mamak memberikan nasihat. Itu tissue abis 1 roll, huahh...

ini sajian upah-upah, posisi lauknya harus benar.

proses meng-upah- upah..:)
Dan yang sedih session 2, waktu pelepasan anak perempuan. Maksudnya pengantin perempuan langsung dibawa oleh keluarga laki-laki dan gak boleh di inapkan dirumah. Nah, waktu saya dulu kan gak jauh ya, cuma dibawa ke Medan yang jaraknya hanya 3 jam. Lah..adikku yang bontot ini dibawa ke Sipirok yang menempuh waktu hampir10 jam. 
Kebayang betapa lelahnya itu naik kendaraan sambil bawa konde di kepala :)

perlengkapan yang harus dibawa

mewek lagiii...itu saya yang gendong naya pake jarik

Yah...begitulah adat Mandailing, agak ribet dan capek tapi sangat berkesan. Dan adat ini harus tetap dilestarikan disaat zaman sudah semakin modern #tsah...bijak sekali saya.

0 comments:

Post a Comment